Sondakan, merupakan nama sebuah
kampung wisata sejarah yang keberadaannya kurang diperhatikan. pada hari
minggu, tanggal 24 september kemarin kami berkunjung ke kampung wisata Sondakan.
Tak jauh memang, letaknya hanya sekitar 8 km dari kampus uns kentingan. Disana
kami disambut oleh bapak suwardi di kelurahan Sondakan. Seorang pria lanjut
usia namun masih lincah geraknya yang dipercaya untuk mengelola museum Samanhudi.
Sudarno Nadi, nama kecil Samanhudi
yang merupakan cucu dari saudagar batik, Karto Wikoro. Ayahnya bernama Ahmad
Zein dan memiliki 2 orang adik, Amir dan Ali. Samanhudi tidak bisa
menyelesaikan pendidikannya di SMP karena ia diminta untuk menjadi pemimpin di
perusahaan batik keluarganya saat masih berusia 13 tahun. Di usia 19 tahun, Samanhudi
telah menjadi pengusaha batik sukses dan dibantu 200 karyawan. Samanhudi
menikah dengan Sukinah saat usianya masih muda (20 tahun). Setelah menikah
namanya menjadi wiryo wikoro, hal ini dikarenakan adat yang berlaku. Sesuai adat jawa, lelaki
yang sudah menikah akan diberi nama baru yang dikenal dengan “jeneng tuwo”.
Pada tahun 1904, beliau naik haji
dan namanya menjadi H. Samanhudi. Dalam menjalankan bisnisnya, Mbok Masih Sukinah
berperan sebagai pemimpin produksi, menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan
untuk pengerjaan batik. Sedangkan Mas Nganten Samanhudi sebagai pengembang
pola. Peda tahun 1912, Samanhudi menikah lagi dengan Nyonya Marbingah. Beliau adalah
keturunan darah biru Keraton Mangkunegaran. Samanhudi memiliki 9 anak, 8 dari
Suginah, dan 1 anak dari Marbingah.
Disana, kami juga disambut oleh
Ibu Santi sebagai staff kelurahan Sondakan. Beliau memaparkan tentang keiatan
dan perkembangan kampung Sondakan. Kampung Sondakan sendiri memiliki slogan
yaitu “di hati dan berbudaya”. Di hati merupakan sikap dan perbuatan yang
menunjukkan loyalitas kepada pengunjung. Sedangkan berbudaya adalah keadaan
yang memasyarakat dan menjunjung tinggi etika serta norma yang ada.
Kami pergi ke masjid laweyan. Masjid
ini merupakan peninggalan kerajaan pajang yang merupakan kerajaan islam di
solo. Masjid ini merupakan akulturasi dari agama hindu dan islam. Awalnya,
masjid ini adalah sebuah pura yang dijadikan langgar. Didepan masjid terdapat
kali kabangan yang dulunya adalah jalur perdagangan saudagar. Kali pemisah
antara surakarta dengan sukoharjo ini sekarang kondisinya tidak terurus dan
sangant kotor. Terdapat sebuah jembatan yang menghubungkan kali ini. Konon saat
pemakaman Samanhudi, jembatan ini sesak oleh pelayat yang mengantarkan Samanhudi
ke peristirahatannya.
Kemudian kami mengunjungi rumah Samanhudi.
Rumah ini kini ditempati oleh keturunannya. Didalam rumah ini terdapat bunker
yang masih terjaga keasliannya. Dulunya bunker ini digunakan untuk bertapa,
menyimpan barang, dan lain sebagainya. Namun kini bunker ini telah kosong namun
tetap dijaga kebersihannya. Selanjutnya, kami berjalan menuju makam Samanhudi. Makam
Samanhudi terletak di sebelah makam suginah.
Terakhir kami mengunjungi museum Samanhudi
yang dulunya merupakan rumah dinas lurah yang dihibahkan untuk dijadikan
museum. Didalamya terdapat foto foto yang menceritakan tentang perjalanan Samanhudi.
Semua perjalanan kehidupan Samanhudi dari sebelum mendirikan SDI hingga
wafatnya tercermin disini. Diskusi masalah menjadi penutup dari perjalanan
sejarah kita. Kita diminta menjabarkan sikap kita menjadi Samanhudi dalam
menyelesaikan masalah di masa sekarang. Samanhudi merupakan pejuang ekonomi
kerakyatan denga caranya mendirikan SDI. Jasa beliau untuk negara ini sangatlah
besar. Namun perjuangannya tidak dihargai bahkan menemui banyak rintangan. Perjuangan
Samanhudi baru dihargai 17 tahun setelah Indonesia merdeka dengan ditetapkannya
sebagai pahlawan nasional. Jangan mudah putus asa dalam berjuang, perjuangan tidak
dinilai dari penghargaan orang lain, perjuangan tidak butuh pengakuan mereka,
perjuangan adalah saat kita bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Apa ari
dari Hidup Mahasiswa? Apa arti dari Hidup Rakyat Indonesia? Renungkan itu dengan
baik, dan ketika kamu sudah memperoleh jawabannya, aplikasikan dalam
kehidupanmu, banyak yang menunggu uluran tanganmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar